Dow Jones Teori

Minggu, 31 Oktober 2010


Dow Teori pada pergerakan harga saham adalah suatu bentuk analisis teknisyang mencakup bebarapa aspek rotasi sector. Teori ini berasal dari 255 Wall Street Journal editorial yang ditulis oleh Charles H. Dow (1851-1902). Dua tahun sesudah Charles Dow dan partnernya Edward Jones mendirikan Dow Jones & Company pada 1882, tepatnya pada 3 Juli 1884, Dow menerbitkan rata-rata harga saham gabungan yang terdiri atas sebelas saham (Sembilan perusahaan kereta api dan dua perusahaan manufaktur). Kala itu Dow merasa bahwa kesebelas perusahaan ini bisa memberikan indikasi tentang kondisi ekonomi AS. Pada tahun 1897, Dow memutuskan bahwa dua indeks yang terpisah akan lebih baik lagi dalam mengindikasikan kondiso ekonomi AS, dan dibuatlah Industrial Index yang terdiri ataas 12 saham, dan railroad index yang terdiri atas 20 saham. Memasuki 1928, telah berkembang menjadi 30 saham, dan hingga kini dikenal dengan sebutan Dow Jones Industrial Average (DJIA).
Pada tahun 1922, William Peter Hamilton (associate Charles Dow dan penerusnya di Wall Street Journal) memilih dan menerbitkan prinsip Dow tadi dalam bukunya yang berjudul The Stock Market Barometer. Pada 1932, Robert Rhea kemudian mengembangkan teori tersebut lebih jauh dalam bukunya yang berjudul Dow Theory (New York: Barron’s)
PRINSIP-PRINSIP DASAR
1.      The averages discount everything (indeks/pasar memperhitungkan segalanya)
Total jumlah dan kecenderungan seluruh transaksi di pasar modal mencerminkan segala hal yang diketahui oleh Wall Street, baik yang berkaitan dengan segala hal yang sudah lampau maupun yang saat ini sedang berlangsung, dan diaplikasikan langsung untunk memperhitungkan masa depan. Dengan demikian, tidak perlu menambahkan kompilasi data yang lebih kompleks pada indeks (Commodity Price Index Number, Banking Clearings, fluktuasi di pasar modal, serta volume transaksi foreign dan domestic atau yang lainnya) sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli statistic. Wall Street sudah memperhitungkan semuanya.
2.      Pasar memiliki tiga tren
Dow membagi tren menjadi tiga bagian, yakni primer, sekunder, dan minor. Ia menganalogikannya dengan gelombang, ombak, dan riak di lautan. Primer dianalogikan sebagai gelombang, sementara sekunder sebagai ombak yang membentuk gelombang, dan minor sebagai riak yang terjadi pada ombak.
Berbeda dengan gelombang pada samudera yang bisa berakhir hanya dalam beberapa jam, Dow melihat tren primer punya jangka waktu lebih dari satu tahun, dan bahkan mungkin saja bertahan selama beberapa tahun.
Tren sekunder merupakan koreksi atas tren primer dan biasanya berakhir tiga minggu hingga tiga bulan. Koreksi sekunder ini pada umumnya bergerak berlawanan dengan tren primer, yaitu sepertiga hinga dua pertiga pergerakan tren sebelumnyadan yang paling sering adalah 50 persennya. Menurut Dow, minor (tren jangka pendek) biasanya punya jangka waktu kurang dari tiga minggu. Tren ini merupakan fluktuasi yang terjadi pada tren sekunder.
3.      Major trend memiliki tiga fase
Dow memfokuskan perhatiannya pada tren primer, yang dalam pengamatannya biasanya berlangsung melalui tiga tahapan/tiga fase, yaitu fase akumulasi, fase partisipasi public, dan fase distribusi.
Fase akumulasi mewakili kalangan investor yang paling canggih dan memiliki akses ke sumber informasi yang paling cepat dan paling lengkap. Jika tren pasar sebelumnya adalah bearish, para investor canggih  ini mengenali bahwa pasar sudah mengasimilasi semua ‘berita buruk’ yang ada.
Fase partisipasi public terjadi saat sebagian besar technical trend follower mulai berpartisipasi, saat harga saham mulai bergerak naik dan berita mulai membaik.
Fase distribusi terjadi ketika media massa secara serempak menyuarakan optimisme pasar, betapa pasar Bullish, ekonomi berkembang lebih baik dari sebelumnya, dan investor yang suadah mengakumulasi semenjak awal(ketika bear market telah mendekati bottom) mulai melakuakan ‘distribusi’ alias menjual sahamnya secara bertahap, semua orang lain mulai melakukannya.
4.      Indeks harus saling mengkonfirmasi
Mengacu pada Industrial and Rail Averages, Dow menerangkan bahwa semua sinyal bull market dan/atau bear market yang penting hanya valid apabila keduanya memberikan sinyal yang sama, atau saling mengkonfirmasi. Ketika kedua indeks bergerak beralawan arah (divergence), Dow mengasumsikan bahwa tren lama masih tetap terjaga.
5.      Volume transaksi harus mengkonfirmasi tren
Dow mengenali volume sebagai factor sekunder tetapi penting dalam mengkonfirmasi price signal. Sederhananya, volume harus meningkat sejalan dengan arah pergerakan tren primer. Pada saat major trend bullish, misalnya, volume harus meningkat sejalan dengan naiknya harga dan menurun ketika koreksi terjadi. Sebaliknya, pada say major trend bearish, volume meningkat ketika harga turun dan volumenya justru turun ketika pasar rebound.
6.      Tren diasumsikan tetap eksishingga tren tersebut memberikan sinyal bahwa tren sudah berubah
Prinsip ini membentuk sebagian besar fondasi technical trend following modern. Ini adalah ‘hukum fisika’-nya pergerakan pasar, yakni bahwa suatu objek cenderung bergerak terus hingga ada gaya eksternal yang mengakibatkannya berubah haluan. Ada banyak technical tools yang bisa Anda gunakan untuk mendeteksi sinyal reversal, support and resistance, reversal pattern, trendlines, atau pun moving averages..
Sumber : Rahasia Bebas Finansial dengan Berinvestasi di Pasar Modal, Hary Suwanda

0 komentar: