AKUNTANSI INFLASI

Senin, 25 Juni 2012

  • Pengertian inflasi secara umum : kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu

  • Dampak Inflasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat
  1. 1.      Dampak Positif
  • Peredaran / perputaran barang lebih cepat.
  • Produksi barang-barang bertambah, karena keuntungan pengusaha bertambah.
  • Kesempatan kerja bertambah, karena terjadi tambahan investasi.
  • Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.
  1. 2.      Dampak Negatif
  • Harga barang-barang dan jasa naik.
  • Nilai dan kepercayaan terhadap uang akan turun atau berkurang.
  • Menimbulkan tindakan spekulasi.
  • Banyak proyek pembangunan macet atau terlantar.
  • Kesadaran menabung masyarakat berkurang.

  • Pihak-pihak yang Mendapatkan Keuntungan dan yang Menderita
    Kerugian Akibat Terjadinya Inflasi.
  1. 1.      Pihak-pihak yang diuntungkan
a. Para pengusaha, yang pada saat sebelum terjadinya inflasi, telah memiliki stock/persediaan produksi barang yang siap dijual dalam jumlah besar.
b. Para pedagang, yang dengan terjadinya inflasi menggunakan kesempatan memainkan harga barang. Cara yang dipakai adalah dengan menaikkan harga, karena ingin mendapatkan laba/keuntungan yang besar.
c. Para spekulan, yaitu orang-orang atau badan usaha yang mengadakan spekulasi, dengan cara menimbun barang sebanyak-banyaknya sebelum terjadinya inflasi dan menjualnya kembali pada saat inflasi terjadi, sehingga terjadinya kenaikan harga sangat menguntungkan mereka.
d. Para peminjam, karena pinjaman telah diambil sebelum harga barang-barang naik, sehingga nilai riil-nya lebih tinggi daripada sesudah inflasi terjadi, tetapi peminjam membayar kembali tetap sesuai dengan perjanjian yang dibuat sebelum terjadi inflasi. Misalnya, para pengambil kredit KPR BTN sebelum inflasi yang mengakibatkan harga bahan bangunan dan rumah KPR BTN naik, sedangkan jumlah angsuran yang harus dibayar kepada BTN tetap tidak ikut dinaikkan.
  1. 2.      Pihak-pihak yang dirugikan
a. Para konsumen, karena harus membayar lebih mahal, sehingga barang yang diperoleh lebih sedikit jika dibandingkan dengan sebelum terjadinya inflasi.
b. Mereka yang berpenghasilan tetap, karena dengan penghasilan tetap, naiknya harga barang-barang dan jasa, mengakibatkan jumlah barang-barang dan jasa yang dapat dibeli menjadi lebih sedikit, sehingga pendapatan riil/nyata berkurang, sedangkan kenaikan penghasilan atau pendapatan pada saat terjadi inflasi sulit diharapkan.
c. Para pemborong atau kontraktor, karena harus mengeluarkan tambahan biaya agar dapat menutup pengeluaran-pengeluaran yang diakibatkan terjadinya inflasi dan mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang diperoleh dari proyek yang dikerjakan.
d. Para pemberi pinjaman/kreditor, karena nilai riil dari pinjaman yang telah diberikan menjadi lebih kecil sebagai akibat terjadinya inflasi. Misalnya, sebelum inflasi, pinjaman Rp 500.000,00 = 25 gram emas, sesudah inflasi = 20 gram emas.
e. Para penabung, karena pada saat inflasi bunga yang diperoleh dari tabungan dirasakan lebih kecil jika dibandingkan dengan kenaikan harga yang terjadi. Di samping itu akibat naiknya harga barang-barang dan jasa, nilai uang yang ditabung menjadi lebih rendah/turun, jika dibandingkan dengan sebelum terjadi inflasi.


Tanggapan Amerika Serikat
Dalam ketetapan-ketetapan paling baru mengenai perubahan harga, FASB telah memutuskan untuk menganjurkan, tetapi tidak lagi mewajibkan, entitas-entitas pelaporan AS untuk mengungkapkan informasi biaya historis-daya beli konstan atau biaya berjalan-daya beli konstan. Sangat disesali, bahwa keputusan untuk menghilangkan keharusan dalam mengungkapkan informasi perubahan harga, akan melepaskan banyak momentum dan pengalaman yang telah dikumpulkan FASB selama uji-coba 5 tahun.
Perusahaan-perusahaan yang mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional untuk mengukur operasi mereka, memandang operasi luar negeri dari perspektif perusahaan induk. Karenanya, translate-restate method direkomendasikan. Perusahaan-perusahaan multinasional yang mengadopsi valuta lokal sebagai valuta fungsional untuk sebagian besar operasi mereka pada dasarnya memandang dengan perspektif valuta lokal. Walaupun hal ini logikanya mengharuskan dipakainya restate-translate method.
Perlakuan Keuntungan dan Kerugian Inflasi
Perlakuan keuntungan dan kerugian dari item-item moneter yaitu kas piutang dan utang merupakan isu yang kontroversial. Di Amerika, keuntungan dan kerugian dari item-item moneter ditentukan dengan me-restate ke dalam dolar konstan. Ini menyiratkan bahwa FASB memandang keuntungan dan kerugian dalam item moneter berbeda sifatnya dengan laba-laba lain.
Di Inggris, keuntungan dan kerugian atas item moneter dipisahkan menjadi modal kerja dan gearing adjustment. Kedua jumlah tersebut berkaitan dengan perubahan tingkat harga spesifik, bukan perubahan tingkat harga umum. Mendasari modal kerja moneter, dasar pemikiran berikut di berikan SSAP no.16 paragraf 11-13: ketika penjualan dilakukan secara kredit perusahaan sebenarnya mengikat modal kerja sampai piutang terkait ditagih. Gearing adjustment mengindikasikan keuntungan atau biaya bagi pemegang saham dari pembiayaan hutang selama periode perubahan harga. Angka ini ditambah (dikurang) terhadap laba operasi biaya berjalan untuk menghasilkan ukuran kekayaan yang dapat dibelanjakan (disposable wealth) bernama laba biaya berjalan bagi pemegang saham (Current Cost Profit Attributable to Shareholders).
Di negara Brazil tidak menyesuaikan aktiva lancar dan kewajiban lancar secara eksplisit karena jumlah ini diekspresikan dalam nilai berjalan. Penyesuaian yang timbul dari menghitung nilai bersih aset-aset permanen dan modal yang telah disesuaikan dengan tingkat harga yang mewakili keuntungan atau kerugian daya beli umum dalam membiayai modal kerja dengan hutang atau modal. Bagi porsi modal ini diakui adanya kerugian daya beli selam periode inflasi.
Badan Standar Akuntansi Internasional
- IASB meyimpulkan bahwa laporan posisi keuangan dan kinerja operasi dalam mata uang lokal menjadi tidak berarti lagi dalam suatu lingkungan yang mengalami hiperinflasi.
– IAS 29: “Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi mewajibkan penyajian ulang informasi laporan keuangan utama
- Penyajian ulang dengan daya beli konstan pada tanggal neraca, bisa dengan model Historical Cost atau dengan Current Cost
- Keuntungan dan kerugian daya beli dimasukan ke dalam laba berjalan.

Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan
Model Current Cost            Total Laba             1. Laba Operasi
                                                                            2. Keuntungan yang belum direalisasikan
Untuk penyesuaian biaya kini yang mencakup pos persediaan, aktiva tetap, aktiva operasi dan aktiva untuk spekulasi (seperti : surat berharga, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya kininya harus dinyatakan langsung dalam laba.

Akuntansi untuk Inflasi di Luar Negeri
FASB 89 mendorong perusahaan untuk memperhitungkan perubahan harga, tapi sebenarnya masih meninggalkan permasalahan, yaitu:
  1. Perusahaan mempertahankan nilai aktiva non moneter berdasarkan biaya historis atau ekuivalen dengan biaya kini ?
  2. Perusahaan yang memilih untuk menyediakan data biaya kini tambahan atas operasi luar negeri dengan dua metode:
1)      Restate – Translate
2)      Translate – Restate
Investor memerlukan laporan keuangan yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik, bukan tingkat harga umum. Alasannya adalah : Penyesuaian tingkat harga spesifik menentukan jumlah maksimum yang dapat dibayarkan oleh perusahaan sebagai dividen tanpa mengurangi kapasitas produktifnya.
Masalah Restate-Translate Vs Translate-Restate bukan suatu hal yang penting jika menggunakan historical cost. Jadi, prosedur penyesuaian tingkat harga yang direkomendasikan adalah :
1)      Sajikan ulang laporan keuangan untuk mencerminkan perubahan dalam harga spesifik.
2)      Translasikan akun-akun menggunakan suatu nilai konstan (Kurs pada tahun dasar atau tahun sekarang)
3)      Gunakanlah indeks harga spesifik yang relevan untuk menghitung keuntungan dan kerugian moneter.
Menyajikan ulang baik akun-akun perusahaan luar negeri dan domestic menjadi ekuivalen harga kini akan menghasilkan informasi relevan dengan keputusan.

Menghindari Kejatuhan Ganda    
Pada saat menyajikan ulang akun-akun luar negeri terhadap inflasi di luar negeri, seseorang harus berhati-hati untuk menghindari apa yang disebut sebagai kejatuhan ganda. Masalah ini muncul karena inflasi lokal langsung berpengaruh terhadap kurs yang digunakan dalam translasi.
Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan atau beban depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi basarnya laba “sebagaimana yang dilaporkan” untuk menghindari penilaian lebih laba bersih. Namun demikian,karena pengaruh hubungan terbalik antara inflasi lokal dan nilai mata uang,perubahan kurs valuta asing di antara laporan keuangan yang berurutan,yang umumnya disebabkan oleh inflasi, menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi perusahaan “sebagaimana yang dilaporkan”. Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh inflsi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan kerugian translasi yang sudah tercermin dalam hasil “sebagaimana yang dilaporkan” dari suatu perusahaan.

Isu-Isu Mengenasi Inflasi
Empat Isu Akuntansi Inflasi:
1. Apakah dolar konstan atau Current Cost yang lebih baik untuk mengukur pengaruh inflasi?
2. Perlakuan Akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi
3. Akuntansi inflasi luar negri
4. menghindari fenomena “kejatuhan ganda”

Sumber :
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku 1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/dampak-inflasi-dan-pihak-yang.html
http://riscawidya.blogspot.com/2011/05/perspektif-internasional-terhadap.html
http://mbahzaque.blogspot.com/2011/05/menghindari-kejatuhan-ganda.html
pksm.mercubuana.ac.id/new/…/files…/32026-7-316349907215.doc

0 komentar: